Tuesday, December 1, 2009

Pesantren Al-Falah Tinggarjaya Purwokerto: Santri Mahir Bikin Beduk


KERANGKA BEDUK: Lurah Pondok Al-Falah Amir Machmud memperhatikan kerangka beduk raksasa yang sedang digarap para santri. Inzet gambar KH Ahmad Shobri.(Foto: Suara Merdeka/B13-55)


SM Sabtu, 16 November 2002
MAU pesan beduk? Datang saja ke Pondok Pesantren Al-Falah Dusun Mangunsari, Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Purwokerto, Banyumas. Kalau ditempuh dari Kota Purwokerto, sekitar 27 km arat barat jurusan Cilacap-Bandung. Dari tepi jalan raya, harus berjalan kaki sekitar 1 km.
Jangan kaget kalau di halaman pondok terdapat beberapa beduk ukuran raksasa. Ada yang sudah jadi dan dipajang layaknya showroom di halaman pondok, ada juga yang masih dalam bentuk kerangka. Beberapa beduk yang sudah jadi ditutupi dengan kain, mungkin supaya tidak berdebu.
Di bagian paling selatan kompleks pesantren terdapat ruangan bengkel kerja, tempat menyimpan peralatan. Yang menarik, beduk-beduk itu dibuat oleh para santri yang memang mempunyai keahlian khusus membuat beduk. Ilmunya saling gethok tular sesama mereka, sehingga akhirnya ada tim khusus yang ahli membuat beduk. Mereka tidak membuat beduk-beduk kecil seperti di musala dan langgar-langgar. ''Kami lebih banyak mendapatkan pesanan beduk raksasa dengan diamater 1,5 - 3 meter dan panjang sampai 4 meter,'' kata Amir Machmud, Lurah Pondok Al-Falah. Ketika berlangsung Muktamar NU di Pesantren, Lirboyo, beduk raksasa yang ditabuh Presiden KH Abdurrahman Wahid, menandai pembukaan acara itu, adalah karya santri Al-Falah.
Kalau besarnya dibandingkan dengan beduk raksasa Bagelen, Purworejo, beduk Tinggarjaya tidak kalah. Hanya bedanya, di Bagelen konon dibuat dari gelondongan kayu yang utuh, sedangkan di Tinggarjaya dibuat dari kayu waru minyak yang disambung-sambung sedemikian rupa.
''Yang sulit sekarang mencari bahan baku kayu warunya dan kesulitan mendapat kulit dengan kualitas bagus,'' tutur Amir yang asli Kalisalak, Kedungbanteng, Purwokerto. Untuk menyelesaikan sebuah beduk paling tidak dibutuhkan waktu 1,5 bulan. Berapa biayanya? Amir tak bersedia menjelaskan.
Pengasuh Pondok KH Ahmad Shobri tidak di tempat ketika Suara Merdeka bersilaturahmi ke sana. Kegiatan Kiai Shobri di luar pondok memang luar biasa padat. Dari mengasuh pengajian tarekat sampai pembimbing Haji Khusus Al-Haramain Jaya Wisata dan menjadi penceramah pengajian yang hampir-hampir tidak pernah berhenti. Untunglah SM diterima kakak kandung Kiai Shobri yang juga novelis Ronggeng Dukuh Paruk H Ahmad Tohari. Rombongan dari Suara Merdeka terdiri atas Kepala Biro Banyumas H Didi Wahyu dan Jamaluddin Al-Asyhari, juga ditemani Ketua Umum Yayasan Daarul Istiqomah (YADRI) Kedungbanteng, Purwokerto, KH Achamd Mansyur.
Tidak Mengganggu
Menurut Tohari, kalau santri Al-Falah bisa membuat beduk tidak berarti mereka menekuni profesi itu, kemudian melupakan tugas utamanya tafaqquh fiddin, mendalami ilmu-ilmu agama seperti tujuan semula dari rumah. ''Mereka ya ngaji seperti biasa. Hanya pas waktu-waktu luang saja, mereka membuat beduk,'' paparnya.
Pesantren itu dirintis tahun 1967 oleh ayahnya, Mohamamd Diryad. Berawal dari sebuah musala kecil, Diryad yang Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Jatilawang rajin mengadakan pengajian. Bersamaan dengan itu, pamannya Mohammad Thoha nyantri di Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumuddin, Kesugihan, Cilacap. Pamannya itulah yang kemudian membawa adik kandungnya, KH Ahmad Shobri, ikut ngaji di pondok. Dari pesantren Kesugihan, kemudian melanjutkan di Pesantren Ploso, Kediri, di bawah asuhan KH Djazuli. Melanjutkan lagi di Pesantren Pasuruan. Tahun 1970, Kiai Shobri pulang kampung dan langsung merintis berdirinya pondok pesantren. Awalnya hanya dua gothakan atau dua lokal. Kini telah berkembang pesat menjadi bangunan pesantren yang megah. Sebanyak 210 santri putra menempati gothakan tersendiri. Sedangkan sekitar 100 santri putri menempati asrama yang menyatu dengan rumah kiai.

Para santri melakukan aktivitas mulai sesudah salat subuh. Kemudian sekolah klasikal ada yang SD, MI, SLTP, MTs, SMU, dan madrasah aliyah. Bakda zuhur mereka mengikuti madrasah diniyah. Sesudah asar, magrib, dan isya, ada yang mengaji Alquran, kitab kuning, dan lain-lain. Tentang spesifikasi ilmu yang dipelajari, menurut Tohari, Pondok Al-Falah tidak mengkhususkan satu ilmu. ''Pokoknya insya Allah serba bisa. Mulai fiqh, Alquran, ilmu alat nahwu-sharaf, sampai ilmu hikmah sekali pun,'' katanya.
Mantan presiden KH Abdurrahman Wahid hampir setiap ada kesempatan mampir di pesantren itu. Beberapa petinggi Kodam IV/Diponegoro juga pernah hadir, yaitu Subagyo HS, Bibit Waluyo, dan H Mardiyanto.(Agus Fathuddin Yusuf-60t)

1 comment: